Skip to main content

Jika Aku Punya Anak


Pernahkah anda berfikir jika nanti suatu saat anda memiliki seorang anak? Beberapa orang mungkin akan berfikir sejauh itu. Ya, tentunya jika sobat masih muda, maka nikmatilah masa muda sobat sekalian. Tapi tidak ada salahnya kan untuk mempersiapkan masa depan kita. Tidak peduli siapa anda, pria, wanita, profesi anda, presiden, artis, anak artis, penemu, penjahat, atau siapapun anda tentunya saat anda menikah nanti anda pasti ingin memiliki seorang anak atau sebagai penerus keturunan anda. Jika anda punya anak, maka tanggung jawab pun semakin besar. Anda akan menjadi seorang ayah atau seorang ibu. Semua tergantung pada anda, akan menjadi sosok ayah/ibu yang bagaimanakah anda nantinya.

Secara pribadi, tentunya saya juga ingin memiliki seorang anak, dan jika saya memiliki seorang anak maka saya akan menjadi seorang ayah. Seperti yang saya katakan diatas, akan menjadi ayah yang bagaimanakah saya nantinya? Semua tergantung pada kita, pilihan ada pada diri kita, setiap jalan yang anda pilih akan menuntun anda pada pilihan berikutnya.

Seorang anak pastinya membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tuanya, maka kedua orang tua harus saling berperan penting dalam membesarkan atau mendidik seorang anak. Masa pertumbuhan seorang anak sangat bergantung pada peranan orang tua dalam membesarkannya. Nah disitulah yang akan saya bahas, peranan kita sebagai orang tua terhadap anak kita dalam masa pertumbuhannya.

Apakah anda akan menjadi ayah/ibu yang kejam, baik, ataupun tidak peduli sama sekalli? Masih tergantung pada anda. Sebenarnya tidak ada yang namanya orang tua jahat, kejam atau tidak peduli sama sekali, setiap orang tua pasti berdoa untuk kebaikan anaknya di masa yang akan datang. Yang membuat orang tua tersebut menjadi kejam atau tidak peduli adalah situasi. Saya akan mengatakan semua orang tua cinta pada anaknya, dan berikut ini adalah macam-macam situasi dimana orang tua menjadi orang yang disalahkan:

1. Tidak punya waktu atau sibuk


Setiap anak butuh kasih sayang orang tua, tapi apa jadinya apabila anak dan orang tua hanya bertemu beberapa menit saja dengan orang tuanya? Ya, anak tersebut tidak mendapatkan kasih sayang yang layak dari orang tuanya. Untuk apa kaya raya, fasilitas lengkap, memiliki segalanya tetapi tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya? Disitulah pengaruh dari luar akan masuk ke dalam anak tersebut. Bahkan apabila anak tersebut mendapatkan nilai tinggi dikelasnya atau menjadi juara kelas, orang tuanya tidak tahu apa-apa atau tidak peduli, karena tidak pernah bertanya, jangankan bertanya, jumpa aja susah. Setiap pagi si anak makan di meja makan sendiri, orang tuanya pagi-pagi udah berangkat kerja, hanya ada seorang pembantu yang membantu menyiapkan sarapan, pakaian, sepatu dan mengantarnya ke sekolah. Dimana peran orang tua? Membayar pembantu? Lalu pada siangnya si anak pulang disambut heningnya keadaan dirumah. Kemana orang tuanya? Makan diluar bersama rekan kerjanya. Terus kalau anaknya kemana-mana gimana?
Didalam otak orang tuanya hanyalah kerja. "Anak saya namanya 'kerja', setiap hari saya memikirkanya, bahkan tidak bisa tidur karenanya, saya selalu ingin melakukan yang terbaik buat anak saya yang namanya 'kerja' itu". How ironic!

Apakah sobat ingin menjadi tipe orang tua yang diatas? Tidak tentunya, saatnya untuk belajar. Kejadian seperti itu tidak boleh terjadi, "dia anakmu lhoo, darah dagingmu, yang meneruskan apa yang kamu tahtakan kepadanya, yang membawa namamu kemanapun dia pergi". Kita akan belajar dari kejadian yang diatas, bisa kita lihat tentunya menyediakan apa saja, seperti fasilitas lengkap, uang jajan yang banyak, memperkerjakan orang untuk mengasuhnya, semua itu tentunya belum cukup. Saya tidak bilang itu salah, hanya saja tidak cukup, waktu anda untuk anak anda-lah yang sangat berharga dalam masa pertumbuhan anak anda dan disitulah anda bisa mendidik anak anda. Kalau anda tidak punya waktu untuk anak anda, maka bagaimana anda akan mendidik anak anda, terus apa juga dulunya pas pacaran bilang "kita akan mendidik anak kita berdua ya sayang, menjadi anak yang membanggakan, berguna bagi orang tua, keluarga dan orang sekitarnya". Just saying though..





2. Kasar Kepada Anak


Wow.. Yang satu ini mengerikan. Oke, didalam Islam, bila anak berumur 7 tahun keatas tidak menunaikan ibadah sholat, maka orang tuanya berhak memukulnya. Yang saya maksudkan bukan masalah kasar dalam hal sholat, ini bukan kasar, ini memang keharusan di dalam Islam. Kenapa harus pukul? Kalau tidak mau memukul anak, ya kenapa orang tuanya tidak mendidik anaknya agar menjadi anak yang sholeh? Bayangkan kalau sejak awal anak dididik dengan baik, maka tidak mungkin orang tuanya harus sampai memukul anaknya. Simple as that.

Di luar itu, masih banyak kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi di dunia ini, ga perlu jauh-jauh, di Indonesia saja udah begitu banyak terjadi kekerasan terhadap anak. Bahkan ada yang sampai membunuhnya. Wiiii serem! Yang ironisnya lagi, banyak anak remaja yang menggugurkan kandungannya atau membuang bayinya. Wah masih remaja udah belajar membunuh. "Main lagii, punya anak, nangis."

Kasar bisa dibagikan dalam beberapa hal, saya bukan pakar, jadi saya beri poin yang saya tau aja.
  • Kasar secara verbal - Jika ada kasus pembunuhan terhadap anak sendiri di dunia ini, maka orang tua yang kasar dengan menggukan kata-kata kotor atau kasar juga ada. Mungkin membentak anak yang keras kepala karena meminta sesuatu yang dia inginkan agar dikabulkan sesegera mungkin adalah hal yang tidak bisa dibilang salah. Jika orang tua sudah berulang kali mengatakannya dengan lembut dan halus. Kebanyakan orang tua terutama ibu akan masuk kekamarnya dan menangis karena setelah membentak anaknya, dia merasa bersalah. Membentak boleh saja, karena memang si anak tidak mau mengerti, tetapi jangan sampai membentak menggunakan kata-kata kotor dan kasar melainkan membentak untuk menegaskan saja. Kenapa tidak boleh membentak dengan kata-kata kotor ataupun kasar? Karena jika seorang ibu/ayah membentak anaknya secara kasar dan menggunakan kata-kata yang tidak layak akan mengakibatkan gangguan mental pada anaknya. Secara psikologis si anak akan merasa tertekan, dia tidak bisa menjadi dirinya sendiri, hidupnya sudah dikontrol oleh orang tuanya. "Bukankah orang tua begitu karena mereka ingin menjadi orang tua yang tegas?" Tegas boleh saja, tapi dalam arti tidak akan mengganggu kondisi fisik dan mental si anak. Jika ingin punya anak yang patuh, maka tanamkanlah nilai-nilai disiplin dan didiklah anak dengan baik sejak anak masih berusia 10 tahun kebawah.
  •  Menjelek-jelekkan anak di depan orang lain - Hal ini sangat berpengaruh terhadap mentalnya, sebab dia sangat sulit untuk menjadi dirinya sendiri disaat orang tuanya menjelek-jelekkan dia dan membanding-bandingkan dirinya dengan teman-temannya atau saudaranya sendiri. Memang setiap orang tua mempunyai harapan yang besar terhadap anaknya, tetapi anda sebagai orang tua tidak bisa terus menekan anak. Tahukan apa penyebab terlalu banyak menerima beban tekanan dikepala? Iya, si anak bisa bunuh diri, dia menjadi depresi, putus asa. Seolah-olah hidupnya dikontrol, atau seolah-olah dia dibesarkan untuk menjadi tujuan tertentu. "Tapi kan hidup ini perlombaan, siapa cepat dia dapat, gitu kan?" Kalo mau berlomba ya jangan piara anak, piara aja kecoa biar bisa di aduin di arena balap kecoa. Sebaiknya orang tua tidak pernah menjatuhkan mental anaknya didepan orang lain atau secara langsung. Orang tua harus berperan sebagai motivator, berikan mereka dorongan atau motivasi untuk terus berkembang.
  • Memukul anak - Hal inilah yang dapat membuat orang tua masuk penjara, iya karena melakukan tindakan kekerasan terhadap anak. "Tapi kan itu anak saya, darah daging saya, saya yang lahirkan, seharusnya ini bukan urusan kalian". Memang benar itu anak anda, tapi anak itu bukanlah properti, mereka bukanlah barang, perjudian, atau bahkan bantalan tinju. Mereka punya nyawa sama halnya seperti anda, mereka punya perasaan. Anak-anak jika dipukul juga sama akan berakibat jatuhnya mental mereka dan merasa tertekan. "Lalu sebaiknya gimana? Anak saya bandel banget, saya tidak bisa mengaturnya." Anda sebagai orang tua bisa membuat peraturan, buatlah peraturan sebelum anak melanggar. Contohnya "Jangan pulang larut malam, batasnya sampai jam 10 harus ada dirumah!", bila anda mendidik anak anda dengan baik, maka anak anda akan mendengarkan anda dan anda tidak perlu melakukan tindakan kekerasan terhadapnya. Setiap kali anda membuat peraturan, jika anak anda terdidik dengan baik, maka dia akan selalu mengingat peraturan dan hukuman anda. "Lalu bagaimana kalau mereka merasa ketakutan karena peraturan yang saya buat?" Buatlah peraturan yang masuk akal, dengan syarat tidak mengekang anak anda. Pastikan semua peraturan tersebut demi kebaikan dirinya sendiri dan anda membuatnya atas dasar kasih sayang anda sendiri.

Masih banyak lagi mungkin sifat orang tua lainnya, saya hanya berbagi sedikit hal yang sering terjadi disekitar kita. Nah.. Sebaiknya bagaimana menjadi orang tua yang baik?

Saya tidak tahu menahu soal menjadi orang tua yang baik, semua jawabannya ada pada diri anda, ada pada tindakan anda. Karena judul yang saya buat adalah "Jika Aku Punya Anak", maka saya akan menceritakan sedikit bagaimana nantinya jika saya menjadi seorang ayah.

Jika saya punya anak, saya akan menyediakan kebutuhan yang anak saya butuhkan, mulai dari nutrisi, gizi, atau makanan-makanan sehat yang bisa membantu pertumbuhan anak saya. Tentunya setiap orang tua juga ingin menyediakan fasilitas yang lengkap kepada anak-anak mereka. Well.. Disini menurut saya ada batasannya. Saya juga akan menyediakan anak saya fasilitas yang lengkap. Namun saya tidak akan menyediakan anak saya fasilitas seperti video games, yang berbentuk PS1, PS2, PS3, PS4 atau bahkan PS10, juga sama halnya game yang ada di komputer. "Kenapa tidak boleh ada game?" Saya mengalaminya sendiri, semua orang juga tahu kalau game itu hanya buang-buang waktu saja. Manfaatnya hanya sedikit, namun efek buruknya banyak. "Lalu bagaimana kalau anaknya jadi bosan?" Saya berniat menggantikan semua fasilitas game tersebut dengan fasilitas lainnya yang berguna seperti alat-alat musik, olahraga, dan buku.

Kalau dari alat musik, mulai dari apa saja, yang pada umumnya seperti Drum, Microphone, Gitar, Bass, Piano dan lainnya. Anak akan memilih yang mana yang dia sukai atau menyukai semua namun ada yang ingin ia tekuni, dan setiap harinya dia bisa meningkatkan kemampuannya dengan fasilitas yang diberikan oleh orang tuanya. "Akankah dia menjadi musisi nantinya?" Kita tidak akan pernah tau, saya akan menyerahkan keputusan tersebut kepada anak saya, karena itu dunia dia, dan dia berhak memilih untuk menjadi apa nantinya, selama itu baik buatnya dan orang sekitarnya. Buat apa kan memaksakan anak karena keinginan kita sendiri, misal anda ingin anak anda menjadi seorang pengacara dengan memaksakan anak anda masuk ke sekolah hukum untuk menjadi penerus anda karena anda seorang pengacara terkenal, sedangkan cita-cita anak anda sebetulnya ingin menjadi pemain sepak bola, dan dia ingin dimasukkan ke dalam sekolah sepak bola. Disitu anak anda akan merasa tertekan, karena anda tiap hari menekan anak anda dengan mengatakan akan mengantarnya ke sekolah hukum dan berbagai bullsh*t lainnya yang tidak dia sukai, dan impiannya pun sirna dan tenggelam ditelan omongan anda. Saya tidak ingin menjadi orang tua yang seperti itu, saya hanya ingin anak saya menjadi dirinya sendiri, saya akan membantunya mencapai apa yang dia inginkan, saya ingin selalu mensupport anak saya. Dengan begitu, saat dia mengejar apa yang dia inginkan, dia akan merasa termotivasi dan kita pun sebagai orang tua menjadi bangga.

Dalam olahraga, saat setelah anak saya mengenal berbagai macam olahraga di sekolahnya, dia pasti akan memiliki suatu bidang yang memang dia sukai atau mungkin dia menyukai banyak bidang olahraga namun ada satu yang dia ingin tekuni. Tenis meja kah, sepak bola kah, angkat besi kah, lempar lembing kah, apa saja itu, saya akan selalu mensupport dia, mulai dari menyekolahkan ke sekolah olahraga, menyediakan perlengkapan olahraga yang dia sukai dan hal sebagainya. Dengan dukungan penuh dari kita sebagai orang tua akan membantu dia dan memotivasi dia untuk menjadi yang terbaik.

Jika anak saya seorang yang mencintai buku, berarti dia sangat suka membaca dan membaca adalah hobinya. Tidak masalah dia menghabiskan waktu untuk membaca selama apa yang dia baca terdapat pengetahuan dan dapat menyenangkan dirinya. Kenapa tidak untuk membelikan anak kita buku yang berguna dan bermanfaat baginya. Dan setiap seminggu sekali saya berusaha untuk menemani anak saya ke perpustakaan untuk membaca buku. Degan begitu dia akan memiliki wawasan yang luas, berilmu, dan menyenangkan.

Dengan semua kegiatan kesibukannya diatas, maka dia otomatis terjauhi dari lingkungan ataupun pertemanan yang tidak baik. Pertemanan yang buruk seperti berteman dengan pecandu narkoba atau pemakai lainnya, pemabuk atau peminum alkohol, perampok atau pencuri dan sebagainya. Tentunya tidak ada orang tua yang ingin anaknya menjadi seorang sampah masyarakat seperti itu. Selama dalam masa kita mensupport anak kita, maka kita juga bisa mengawasi anak kita. Saya harap dengan apa yang sudah saya lakukan akan menjadikan anak saya sebagai seorang yang berbakti kepada orang tuanya, bangsa dan negara, dan juga menjadi orang yang senang atas apa yang telah dia raih dan dia kerjakan.

Setiap orang saat masa kecilnya memiliki impian, memiliki cita-cita, semuanya saat masih kecil batasannya adalah langit. Begitu pula anak kita nantinya, mereka akan mempunyai impian dan cita-cita yang mereka ingin gapai. Bantulah mereka meraih impian dan cita-cita mereka, tuntun mereka, dukunglah dengan menjadikan itu sebagai tanggung jawab kita sebagai orang tua.

Sekarang terserah anda sekalian ingin menjadi orang tua yang seperti apa, pastinya anda sekalian akan menjadi orang tua yang hebat...

Comments

Popular posts from this blog

RPP IPA KELAS VIII / 8 SEMESTER GENAP / II / 2 K13 SISTEM EKRESI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN   (RPP)

RPP BAHASA INGGRIS KELAS VIII (8) SEMESTER GENAP (2) CHAPTER 11

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RPP BAHASA INGGRIS KELAS VIII (8) SEMESTER GENAP (2) CHAPTER 10

  RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)